Renungan harian
Kamis, 23 Oktober 2025
Pembacaan Firman Tuhan: Mazmur 103:8
Salam Sejahtera,
Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan dinamika, di mana manusia sering kali terjebak dalam kesalahan, keletihan, bahkan keputusasaan, kita memerlukan satu kepastian yang dapat menjadi sandaran jiwa dan peneguh hati dan di tengah ketidakpastian itulah, firman Tuhan dalam Mazmur 103:8 menjadi seperti mata air yang menyegarkan jiwa yang kering, sebab ia menyatakan dengan begitu lembut namun kuat bahwa Tuhan adalah pribadi yang tidak mudah murka, tetapi justru penuh dengan belas kasihan, penyayang, pengasih, dan kaya akan kasih setia.
Saudaraku,
Ketika Daud menuliskan mazmur ini, ia bukan sedang berbicara tentang Allah secara teoritis, tetapi dari pengalaman yang dalam dan nyata tentang betapa besar kasih dan kesabaran Tuhan terhadap umat-Nya yang kerap kali jatuh dalam dosa dan pemberontakan dalam ayat ini, kita tidak hanya diingatkan bahwa Tuhan itu panjang sabar, tetapi juga bahwa Ia berlimpah kasih setia sebuah kasih yang tidak bersyarat, tidak bergantung pada kelayakan kita, dan selalu tersedia sekalipun kita telah berulang kali mengecewakan-Nya, dan inilah yang membedakan Tuhan dari manusia, karena kesabaran manusia terbatas, tetapi kesabaran Tuhan melampaui logika dan waktu, membawa harapan baru bagi mereka yang merasa tak layak untuk kembali kepada-Nya.
Saudaraku,
Oleh karena itu, saat kita merenungkan sifat Tuhan yang begitu pengasih dan penuh belas kasihan ini, marilah kita tidak hanya merasa terhibur, tetapi juga terdorong untuk hidup dalam pertobatan yang sejati dan memperpanjang kesabaran itu kepada sesama, sebab sebagaimana Tuhan tidak segera menghukum kita ketika kita bersalah, demikian pula kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang lambat marah dan murah mengampuni, dan kiranya melalui perenungan atas Mazmur 103:8 ini, kita makin mengenal hati Tuhan yang lembut dan penuh kasih, sehingga hidup kita pun menjadi cerminan dari kasih setia-Nya yang tak berkesudahan. Amin




